
INILAHCOM, Jakarta -Persijap Jepara termasuk di antara deretan klub korban match fixing di Liga 3. Geregetan, Presiden Persijap Esti Puji Lestari beberkan cara mafia menyuap pemainnya.
Esti mengaku Persijap sering jadi korban ketidakadilan dalam mengarungi kompetisi yang dikelola Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Esti mengungkap itu kepadaINILAHCOM di Kantor KPSN, Jakarta, Senin (18/2/2019) sore WIB.
Sejumlah kejadian tak wajar membuat Esti berkeyakinan klub yang dibelinya pada 2015 itu masuk perangkap mafia suap penyebab match fixing. Kejadian paling mencolok, menurut Esti, saat Persijap menelan empat kekalahan beruntun pada babak penyisihan Grup 3 Indonesia Soccer Championship (ISC) B 2016, tajuk ajang reguler saat PSSI dibekukan pemerintah yang berujung sanksi FIFA.
Empat kekalahan beruntun mengaparkan Persijap saat tarung kontra Persibangga Purbalingga, Persip Pekalongan, PSS Sleman, dan Persibat Batang. Skor empat kekalahan Persijap identik: 0-1.
Semua itu membuat Esti naik pitam. Maklum, di dua laga sebelumnya, Persijap selalu menang. Persijap hajar PSGC Ciamis 4-1 dan Persibas Banyumas 2-1.
Esti mengakui itu kali pertama dirinya mengetahui klubnya jadi korban match fixing."Meski ISC B 2016 bukan kompetisi resmi, praktik match fixing sudah begitu marak," tutur Esti.
Lebih lanjut, Esti membeberkan cara kerja mafia suap dalam skandal pengaturan skor. "Mafia itu menggunakan jasa orang asing buat bekerja di lapangan. Orang asing itu jadi semacam perantara saat menemui pemain yang diincar," kata Esti.
"Pemain yang diincar diberi uang suap di sebuah hotel. Saya tidak tahu teknisnya di lapangan seperti apa. Entah sengaja bikin pelanggaran yang membuahkan penalti bagi lawan atau langsung bikin gol bunuh diri. Yang saya tahu, pemain Persijap menerima uang tunai dari si perantara," beber Esti.
"Pemain Persijap yang disuap itu akhirnya mengaku setelah saya desak. Mereka malah dijanjikan bakal diberi uang lagi setelah pertandingan jika hasil akhir sesuai skenario. Oknum perantara dari mafia penyuap adalah orang asing. Itu saya ketahui berdasarkan pengakuan pemain Persijap yang pernah terima suap," papar Esti.
Beroleh bukti dan kesaksian Persijap yang dibelinya demi membuka kesempatan sang suami ikut bermain bola, Esti berinisiatif melaporkannya ke KPSN dan Satgas Antimafia Bola. Esti berharap langkahnya membantu proses pengungkapkan praktik kotor dan merusak sepakbola nasional itu.
"Saya sudah sampaikan kasus ini ke Satgas. Memang, tidak ada bukti transfer atau misalnya bukti kesepakatan lewat WhatsApp. Tapi, saya sampaikan modus operandi hingga nilai suapnya ke Satgas. Ternyata semua sama dengan yang menimpa klub lain yang juga jadi korban. Jumlah yang dijanjikan si perantara pun sama, yakni Rp. 400 juta buat mengalah dari lawan," ungkap Esti.
"Kalaupun tidak mudah membuktikannya, minimal kini publik tahu tentang tata cara match fixing," pungkas Esti seraya mengisahkan sang suami akhirnya jera main bola di Indonesia dan beralih jadi pelatih klub bola di China.
Baca Kelanjutan Persijap Jadi Korban, Esti Ungkap Modus Mafia Bola : http://bit.ly/2tpzLZ7Bagikan Berita Ini
0 Response to "Persijap Jadi Korban, Esti Ungkap Modus Mafia Bola"
Posting Komentar