
INILAHCOM, Moskow - Inggris lagi-lagi mencetak gol dari situasi bola mati. Sayang, gol tersebut gagal membawa mereka ke final usai dikalahkan Kroasia 1-2.
Jelang kickoff, fans Inggris ramai-ramai menggaungkan lagu Football is Coming Home sebagai dukungan moril bagi skuad asuhan Gareth Southgate menembus final sekaligus (jika mampu) meraih trofi Piala Dunia yang terakhir mereka raih pada 1966.
Puluhan ribu fans Tim Tiga Singa di Luzhniki Stadium, Kamis (12/7/2018) dini hari WIB, bersorak, berteriak, menyambut gol tendangan bebas Kieran Trippier saat laga baru berjalan lima menit. Optimisme pun semakin membuncah, apalagi Inggris belum pernah kalah jika mampu mencetak gol terlebih dulu di Rusia 2018.
Namun, situasinya berubah di babak kedua. Gol Ivan Perisic di menit ke-68 membuat pendukung Inggris terhenyak. Skor imbang 1-1 bertahan hingga waktu normal usai. Petaka bagi Tim Tiga Singa terjadi di menit ke-109, gol Mario Mandzukic membalikkan kedudukan jadi 1-2 bagi kemenangan Kroasia.
Lirik lagu Football is Coming Home tak terdengar lagi, kalah suara dari teriakan dan nyayian fans Kroasia yang menyambut keberhasilan timnas negaranya menembus final Piala Dunia untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Bagi Inggris ini menjadi kekalahan kedua mereka sepanjang keikutsertaan di Rusia 2018. Menariknya lagi, baru kali ini The Three Lions gagal menang saat mereka berhasil mencetak gol berkat senjata andalan mereka bernama bola mati atau istilah teknisnya dalam sepakbola set-piece bisa berupa tendangan bebas, penalti, atau sepak pojok.
Saat kalah dari Belgia di laga terakhir fase grup, Inggris tak mencetak gol dari situasi bola mati karena skor akhirnya adalah 0-1.
Di Piala Dunia 2018, Inggris memang terkenal jago dalam urusan mencetak gol dari situasi bola-bola mati. Faktanya, dari 12 gol yang sudah mereka cetak sejauh ini sembilan diantaranya lahir dari set-piece.
Di fase grup, selain lawan Belgia, Inggris bisa mencetak enam gol dari set-piece, sedangkan tiga gol bola mati lainnya tercipta di fase gugur. Menariknya, Inggris selalu meraih kemenangan jika mereka mampu mencetak gol dari situasi tersebut.
Saat mengalahkan Kolombia di babak 16 besar, Inggris terlebih dulu unggul berkat tendangan penalti Harry Kane di menit ke-57 yang kemudian disamakan gol sundulan Yerry Mina di menit ke-93. Skor 1-1 bertahan sampai extra time usai, dan harus berlanjut ke babak adu penalti.
Inggris yang sempat dihantui catatan buruk adu tos-tosan membuktikan diri mereka benar-benar jago dalam urusan sepakan bola mati. Dari lima penendang, hanya satu yang gagal berujung gol. The Three Lions menang 3-4.
Melaju ke perempatfinal, Ingris berhadapan dengan Swedia yang memiliki pemain dengan postur tinggi. Hal tersebut jadi tak berarti setelah Inggris mampu mencetak dua gol kemenangan lewat sundulan kepala.
Diawali gol Harry Maguire di menit ke-30 yang mana ia membelokkan bola lambung sepak pojok. Lalu, gol kedua yang dicetak Dele Alli meneruskan umpan silang Ashley Young.
Namun, catatan Inggris yang selalu menang bila mencetak gol dari set-piece tak berlaku menghadapi Kroasia. Skuad asuhan Zlatko Dalic pun lolos dari ancaman 'kematian' senjata andalan Inggris tersebut.
Gagal menyamai catatan Piala Dunia 1966, Inggris masih punya satu laga tak kalah penting, perebutan tempat ketiga. Lawan yang mereka hadapi adalah Belgia, laga ini menjadi kesempatan Inggris membalas kekalahan di fase grup.
Apakah Inggris akan mempertajam catatan set-piece mereka di laga tersebut, jawabannya ada di St. Petersburg Stadium, 14 Juli 2018.
Baca Kelanjutan Saat 'Senjata Andalan' Inggris Gagal Makan Korban : https://ift.tt/2ur9WrEBagikan Berita Ini
0 Response to "Saat 'Senjata Andalan' Inggris Gagal Makan Korban"
Posting Komentar