Search

Sejarah Atraksi Konyol David Ginola, Si Pembunuh Sepak bola Prancis - INDOSPORT.COM

INDOSPORT.COM - Prancis dikenal sebagai salah satu kekuatan besar di jagat sepak bola, tapi pengujung dekade 1980-an hingga awal 1990-an sungguh adalah periode kelam bagi mereka. 

Gagal mentas di tiga turnamen akbar (Euro 1988, Piala Dunia 1990, dan Piala Dunia 1994) plus babak belur di fase grup Euro 1992 menjadi aib alias catatan hitam dalam lembaran sejarah Tim Ayam Jantan.

Padahal, Prancis pernah begitu disegani berkat keberadaan kuartet fenomenal berjulukan Carre Magique (Segi Empat Ajaib) yang beranggotakan Alain Giresse, Jean Tigana, Luis Fernandez, dan Michel Platini, pada Piala Dunia 1986.

Prancis mencoba bangkit dan mengembalikan predikat raksasa menjelang Piala Dunia 1994 dengan mengandalkan sederet bintang anyar mulai dari Didier Deschamps, Emmanuel Petit, Jean-Pierre Papin, hingga Eric Cantona, plus komando dari pelatih top, Gerard Houllier.

Syaratnya tentu saja melenggang ke putaran final via babak kualifikasi. Rencana Prancis berjalan mulus sampai tersisa dua laga penentuan kontra Israel dan Bulgaria, di mana mereka telah enam kali memetik poin penuh dalam delapan pertandingan Grup 6.

Ujian pertama berakhir mengecewakan. Prancis yang bertandang ke markas Israel secara mengejutkan takluk 2-3 sehingga posisi runner-up grup dan tiket Piala Dunia mereka terancam melayang dan jatuh ke tangan pesaing terberat, Bulgaria, 17 November 1993.

Kebetulan, bentrokan pamungkas mempertemukan Prancis dengan Bulgaria. Hasil imbang sudah cukup mengantarkan Eric Cantona dkk. ke putaran final Piala Dunia. Target minimal yang seharusnya bisa terealisasi mengingat mereka berstatus tuan rumah.

Sekitar 48.000 suporter Prancis yang memadati Stadion Parc des Princes bersorak kegirangan begitu Cantona membuka skor pada menit ke-31 lewat sepakan voli jarak dekat menyambut operan matang Papin.

Keriuhan stadion bahkan terus berlangsung sekalipun Bulgaria mampu menyamakan kedudukan lewat ayunan kepala Emil Kostadinov memaksimalkan situasi sepak pojok berselang enam menit kemudian.

Memasuki babak kedua, Prancis bermain santai seolah sudah memastikan lolos ke Piala Dunia 1994. Seorang komentator asal Bulgaria bahkan diketahui menyerukan kalimat bernada pesimistis.

“Yak. Semuanya segera berakhir. Bulgaria tak akan berpartisipasi di Piala Dunia 1994,” katanya seperti dikutip dari Tabloid BOLA edisi 1.363 halaman II.

Rangkaian kata tersebut rupanya terlalu prematur untuk diumbar karena Prancis justru terkena malapetaka pada detik-detik final pertandingan. Biang keladinya adalah gelandang muda yang baru mentas selama 20 menit menggantikan Jean-Pierre Papin.

Namanya ialah David Ginola, gelandang flamboyan yang terkenal keras kepala, sulit diatur, arogan dan sering bermasalah dengan pelatih. Dia tampak mengindahkan instruksi Houllier menjelang injury time ketika Prancis mendapat tendangan bebas di sektor kanan pertahanan Bulgaria.

Gerard Houllier meminta para pemain menguasai bola sambil menunggu wasit membunyikan peluit akhir. Entah terlalu pede atau sekadar ingin menciptakan peluang, Ginola malah melepaskan umpan silang asal-asalan kepada penyerang.

Bola melambung dan jatuh di kaki pemain Bulgaria yang seketika itu juga melancarkan serangan balik secepat kilat. Ujungnya, Kostadinov sukses menceploskan gol kemenangan dan mengantarkan tim melaju ke Piala Dunia 1994 mengangkangi Prancis.

Kesalahan David Ginola berakibat fatal. Dia dijuluki "Pembunuh Sepak bola Prancis" oleh publik dan kariernya bareng timnas yang baru seumur jagung tamat secara perlahan. Terakhir kali ia dipanggil adalah di laga Kualifikasi Euro 1996 versus Azerbaijan, 9 Juni 1995.

David Ginola adalah pembunuh tim. Dia menghujamkan peluru tepat ke jantung sepak bola Prancis!” cetus Gerard Houllier yang tampak kesal kepada sang pemain.

Sewaktu Prancis mengguncang jagat sepak bola dan menjuarai Piala Dunia 1998, Ginola tak ada dalam skuat. Namanya seakan terhapus di lembaran sejarah sepak bola Negeri Menara Eiffel itu.

Susunan Pemain:

Prancis (1-4-3-2): 1-Lama; 5-Blanc; 2-Desailly, 6-Le Guen, 4-Roche, 3-Petit; 7-Deschamps, 8-Sauzee (13-Guerin 80'), 10-Pedros; 9-Papin (15-Ginola 68'), 11-Cantona
Cadangan: 16-Martini, 12-Lizarazu, 14-Djorkaeff
Pelatih: Houllier

Bulgaria (4-3-3): 1-Mikhailov; 2-Kremenliev, 5-Houbchev, 3-Ivanov, 4-Tzvetanov (14-Alexandrov 82'); 10-Balakov, 6-Yankov, 11-Lechkov (15-Borimirov 82'); 7-Kostadinov, 9-Penev, 8-Stoichkov 
Cadangan: 13-Todorov
Pelatih: Denev

Stadion: Parc des Princes (48.402)
Gol: Cantona 31'/Kostadinov 37', 90'
Wasit: Mottram (Sko)
Kartu Kuning: Roche (P)/Penev (B)
Kartu Merah : -

Let's block ads! (Why?)



"sepak" - Google Berita
November 17, 2020 at 07:05AM
https://ift.tt/2Uz5xAw

Sejarah Atraksi Konyol David Ginola, Si Pembunuh Sepak bola Prancis - INDOSPORT.COM
"sepak" - Google Berita
https://ift.tt/2SP8xJg
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Sejarah Atraksi Konyol David Ginola, Si Pembunuh Sepak bola Prancis - INDOSPORT.COM"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.