JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pertama, Soeratin Sosrosoegondo, pernah mengutarakan cita-citanya untuk membuat sepak bola sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia.
Berdasarkan catatan Kompas.com, Soeratin yang menggagas berdirinya PSSI dan menjadi ketua selama 10 tahun, yakni 1930-1940.
Baca juga: Kesaksian Kuli Selamat soal Dua Rekannya yang Tewas Tertimpa Bangunan Roboh di Benhil
Dengan kata lain, PSSI terbentuk saat Indonesia masih dijajah Belanda.
Kala itu, Soeratin bertekad membuat sepak bola sebagai media pemersatu kaum muda di Indonesia.
Belakangan, kalimat 'sepak bola sebagai pemersatu' tak hanya berkesan nasionalisme ataupun politik.
Sepak bola kini disebut olahraga untuk semua kalangan, tanpa peduli strata, jenis kelamin, hingga kondisi fisik seseorang.
Oki Kurnia (25) dari Yayasan Mitra Netra, Jakarta, contohnya. Fakta bahwa dirinya seorang tunanetra sejak lahir tidak menghalangi kecintaannya yang teramat besar terhadap sepak bola.
"Saya nonton sepak bola baik dalam maupun luar negeri. Luar negeri sudah agak jarang karena ngantuk, mainnya (pertandingan) tengah malam," kata Oki saat dihubungi Kompas.com, Jumat (16/4/2021) siang.
Baca juga: Gagal Beraksi di Tebet, Seorang Begal Tewas, Rekannya Kabur
Bermula di Piala Tiger, cintai Persija dan Manchester United
Oki menceritakan awal mula menikmati tayangan sepak bola, yaitu saat mengikuti kiprah Timnas Indonesia di Piala Tiger 2002.
"Aku suka bola dari kecil. Awalnya (suka) justru dari pertandingan Indonesia di Piala Tiger 2002. Aku ingat Indonesia melawan Malaysia, kemudian di finalnya ketemu Thailand," Oki menceritakan.
Sejak merasakan keseruan menikmati tayangan sepak bola, Oki pun keranjingan mengikuti olahraga si kulit bundar.
Warga Jakarta Selatan itu bahkan punya klub sepak bola favorit baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
"(Tim) favorit, ya pasti sebagai orang Jakarta, saya Persija. Kalau (klub) luar negeri, Manchester United. Walaupun lagi tidak juara, tidak apa-apa deh posisi kedua," jawab Oki sembari tertawa.
Jawaban Oki tersebut merujuk pada posisi Manchester United di klasemen Liga Inggris 2020/21 saat ini.
Baca juga: Kronologi Sopir Ambulans Kecelakaan di Lampu Merah, akibat Bunyikan Sirine meski Tak Bawa Pasien
Oki rajin menonton sepak bola, baik bersama keluarga atau rekan-rekannya maupun sendiri.
"Biasanya saya nonton bareng keluarga. Atau sendiri juga enggak apa-apa sih," terangnya.
Saat ini, ia mengikuti perkembangan turnamen pramusim Indonesia, Piala Menpora 2021.
Peranan komentator
Bagi Oki, sosok yang membantunya dapat menikmati ketegangan menyaksikan sepak bola adalah keberadaan komentator di televisi.
"Yang paling seru komentatornya. Kita (para tunanetra) dapat mengikuti tayangannya ya melalui mereka itu," kata Oki.
Menurutnya, komentator yang baik adalah yang bisa menjelaskan jalannya pertandingan.
"Semakin mereka bisa mendeskripsikan jalannya pertandingan dengan baik, maka (gambaran) bisa diterima dengan baik oleh saya," ucap Oki.
Selain itu, komentator harus yang bisa membawa suasana dari lapangan menuju ke para penonton yang menikmati di depan layar kaca.
"Komentator yang baik itu yang bisa bawa suasana. Ada komentator yang ketika bolanya ada di mana, dia ngomongnya masih santai. Aduh, ini pertandingan masih berjalan, dia malah menjelaskan yang lain. Jadi yang tunanetra tidak bisa ikut dalam suasana (pertandingannya)," jelas Oki.
Baca juga: Aparat dan Kementerian Turun Tangan, Babak Baru Dugaan Korupsi Damkar yang Diungkap Sandi
Oki sendiri menyukai komentator informatif yang menceritakan sejarah saat pertandingan berlangsung.
Namun, ia menilai ada beberapa komentator yang tidak tepat dalam menempatkan sejarah saat live commentary.
"Menceritakan sejarah penting juga. Tapi, penempatannya. Kalau bola lagi out atau bola masih di belakang (tim yang sedang menyerang), masih ball possession, tidak apa-apa ngomongin sejarah," ucap Oki.
"Tapi, ada yang masih ngomongin sejarah pas bola sudah ada di depan (gawang lawan) dan tiba-tiba gol. Itu agak kaget. Ada beberapa (komentator) kayak gitu sih," imbuhnya.
Beberapa hari terakhir, media sosial diramaikan konflik antara komentator sepak bola, Valentino Simanjuntak, dengan beberapa akun sepak bola dan para fans di Twitter.
Sejumlah pihak menilai Valentino selaku komentator di Piala Menpora 2021, membawakan acara sepak bola terlalu berlebihan dan mengganggu.
Sehingga, muncullah tagar #GerakanMuteMassal di Twitter sebagai bentuk kekecewaan suporter.
Oki pun mengomentari hal tersebut. Dia mengaku bingung dengan kontroversi yang terjadi pada Valentino belakangan.
"Sebenarnya saya bingung (dengan kisruhnya) karena Valent sudah jadi komentator dari 2013, saat komentarin pertandingan Indonesia di U-19. Orang-orang tidak komentar apa-apa. Sekarang kenapa pada berisik? Lucu aja," cetusnya.
Baca juga: Kepala Korlantas Persilakan Mudik di Waktu Berikut: Kita Perlancar!
Oki sendiri mengaku menikmati gaya Valentino sebagai komentator sepak bola.
"Kalau saya pribadi, saya terbantu banget dengan gayanya dia (Valentino). Seru aja dengan gaya ngomongnya yang cepat," katanya.
Oki bahkan mengaku terbantu dengan gaya Valentino yang berbicara cepat saat tim sedang membangun serangan.
"Memang kan aliran bola cepat banget. Kadang dia ngomong cepat saat situasi agak cepat itu ya terbantu juga," ucap Oki.
Dia lantas mencontohnya gaya Valentino saat menjadi komentator, menyebut nama-nama pemain klub favoritnya Persija.
"Misal situasinya: Marco Motta, Motta kasih ke Riko (Simanjuntak), Riko kasih lagi ke misalnya ke Marc Klok. Marc Klok kasih ke depannya lagi... Itu kan cepat alirannya. Itu tuh (saya) terbantu," urainya.
Oki juga terhibur dengan berbagai istilah unik yang Valentino sampaikan selama mengomentari pertandingan.
"Satu sisi juga ada hiburannya juga. Kadang-kadang dia buat (istilah) tendangan LDR (long distance relationship - hubungan jarak jauh) lah. Kadang-kadang kita lagi tegang lihat tim kita diserang, jadinya wah.. lucu juga. Dia buat situasi jadi agak bikin tertawa," ungkapnya.
"Kayak (contoh istilah lain): 'umpan membelah lautan'. Saya mendeskripsikan, wah berarti umpan jauh nih. Umpan diagonal. Kemungkinan kayak begitu," lanjutnya.
Baca juga: Merasa Berjasa Menangkan Bima Arya, Rizieq Shihab Sesalkan Kenapa Pakai Jalur Hukum
Bagi Oki, Valentino adalah komentator yang informatif saat membawakan pertandingan terlepas dari istilah-istilah unik yang ia lontarkan.
"Justru menurut saya (Valentino) informatif. Misalnya dia ngomong: 'Riko berhasil melakukan 362'. Orang-orang nanya: '362 apaan sih?'. Oh itu Pasal Pencurian kan? Ohh.. Berarti Riko mencuri bola," ujar Oki.
"Ada lagi: 'Riko mengirim bola dan akhirnya Pasal 378 (pasal yang mengatur penipuan)'. Ohh.. berarti Riko berhasil menggocek lawan," terangnya.
Ketimbang ikut kontroversi, Oki memilih menghormati gaya para komentator sepak bola yang berbeda selama ia sendiri memang terbantu untuk menikmati tayangan olahraga favoritnya.
"Begini, komentator punya gayanya masing-masing. Valent itu punya gaya yang berbeda. Terkadang, gayanya itu bisa bikin suasana lebih rame, lebih seru," ujarnya.
"Jadi, enggak ada masalah selama dia enggak pakai kata-kata kasar. Kalau tidak suka, kecilin aja (volume suara) TV-nya," pungkasnya.
"sepak" - Google Berita
April 16, 2021 at 06:34PM
https://ift.tt/3eba19E
Cerita Oki Kurnia Tunanetra Penikmat Tayangan Sepak Bola: Butuh Komentator Informatif dan Bisa Bawa Suasana - Kompas.com - Megapolitan Kompas.com
"sepak" - Google Berita
https://ift.tt/2SP8xJg
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Cerita Oki Kurnia Tunanetra Penikmat Tayangan Sepak Bola: Butuh Komentator Informatif dan Bisa Bawa Suasana - Kompas.com - Megapolitan Kompas.com"
Posting Komentar