Liputan6.com, Jakarta - Indah bukanlah identitas sepak bola Uruguay. Keras, kasar, dan curang lebih cocok untuk mendeskripsikannya.
Buktinya banyak. Hector Silva harus dikawal polisi agar meninggalkan lapangan usai mendapat kartu merah pada perempat final Piala Dunia 1966 melawan Jerman Barat.
Pada laga sama, Julio Cortes menendang wasit setelah menerima hukuman serupa. Yang teranyar adalah aksi kanibal Luis Suarez pada berbagai kesempatan. Suarez juga melakukan handball yang memupus harapan Ghana di Piala Dunia 2010.
Namun, ada perspekktif lain dalam menyikapi hal ini. Serangkaian insiden tersebut menunjukkan keseriusan warga Uruguay terhadap sepak bola.
Sikap mereka mirip seperti pernyataan manager legendaris Liverpool Bill Shankly. "Banyak orang percaya sepak bola itu urusan hidup dan mati. Saya sangat kecewa dengan mereka yang berpandangan demikian. Saya jamin arti sepak bola lebih dari itu," ungkapnya.
Sejarah
Seperti di negara lain, jejak sepak bola Uruguay tercipta berkat orang Inggris. Pada 1 Juni 1891, sekelompok murid sekolah menengah atas internasional di Montevideo mendirikan klub bernama Football Association, yang kemudian berganti nama menjadi Albion FC usai melakoni tiga pertandingan.
Setiap pemain dari tim itu merupakan siswa William Leslie Poole, sosok yang dikenal sebagai bapak sepak bola Uruguay. Poole datang ke Uruguay setahun sebelumnya untuk mengajar di sekolah tersebut.
Poole berusaha menyebarkan sepak bola di negara kediamannya seluas dan secepat mungkin. Sasarannya adalah Punta Carretas, kawasan selatan Montevideo.
Namun, kebijakan Albion FC tidak sejalan dengan perjuangan Poole. Mereka hanya mengizinkan pemain keturunan Inggris untuk bermain.
Sampai akhirnya salah satu pendiri Albion FC, Henry Lichtenberger, menyuarakan perubahan dan meminta klub membuka pintu bagi penduduk lokal pada 1895.
Terus Berkembang
Albion FC terus berkembang pesat. Mereka menjadi tim Uruguay pertama yang menang di luar negeri usai mengalahkan Retiro Athletic Club dan Belgrano AC di Buenos Aries.
Klub dengan warna kebesaran merah-biru tersebut juga menjadi pionir dengan menjamu wakil internasional pertama di Uruguay. Mereka menjamu Lobos Athletic Club asal Argentina di Punta Carretas.
Empat tahun kemudian, Albion FC tampil dalam liga resmi pembuka yang diselenggarakan Asosiasi Sepak Bola Uruguay. Mereka menghadapi Central Uruguay Railway Cricket Club (CURCC). Dari namanya jelas CURCC semula berdiri sebagai klub kriket. Ironisnya, justru CURCC yang menjadi juara kompetisi.
Pada 1901, tim berisi sembilan pemain dari Albion FC dan dua asal Club de Nacional bergabung untuk menghadapi Argentina. Mereka kini ditetapkan sebagai timnas Uruguay pertama.
Klub Yoyo
Namun, perjalanan Albion FC tidak berlangsung mulus. Mereka terakhir kali bermain di kasta tertinggi Uruguay tahun 1908. Setelah itu Albion FC turun naik di divisi bawah.
Saat ini Albion FC berkompetisi di Segunda Division atau kasta kedua di sistem kompetisi sepak bola Uruguay. Hanya satu tingkat di bawah level tertinggi, mereka terus mengusung mimpi kembali ke tempat asal dari Punta Carretas.
Saksikan Video Bola Uruguay Berikut Ini
"sepak" - Google Berita
October 05, 2020 at 12:30AM
https://ift.tt/33rAZFZ
Bola Ganjil: Albion FC dan Identitas Sepak Bola Uruguay - Liputan6.com
"sepak" - Google Berita
https://ift.tt/2SP8xJg
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bola Ganjil: Albion FC dan Identitas Sepak Bola Uruguay - Liputan6.com"
Posting Komentar