Search

Rekam Jejak Tokoh-Tokoh Kemerdekaan di Sepak Bola - Bolalob

Selama ini kita hanya sering mendengar kiprah Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai bapak pendiri bangsa. Tapi, faktanya hidup mereka tak melulu soal itu. Sepak bola pun masuk menjadi bagian mozaik kehidupan mereka.

Tak hanya Soekarno dan Hatta, masih ada beberapa tokoh kemerdekaan lain yang nyatanya berkaitan dengan dunia bal-balan. Siapa saja mereka? 

Berikut daftar jejak tokoh kemerdekaan di sepak bola versi Bolalob:


halaman 2 dari 6

Ir. Soekarno

Menjelang usia ke-75 pada Agustus tahun ini, Indonesia masih irit prestasi di bidang sepak bola. Kondisi tersebut tentu berbeda saat Indonesia baru merdeka.

Indonesia memastikan diri tampil di Olimpiade 1956 Melbourne dan finis di perempat final. Pada Asian games 1958, Indonesia berhasil merebut medali perunggu setelah mengalahkan India di perebutan peringkat ketiga. 

Di balik pencapaian tersebut hadir sosok pelatih fenomenal, Antun “Tony” Pogacnik. Ia sukses menjadikan putra-putra Indonesia menjadi kesebelasan yang mampu bersaing di kancah global.

Tapi, Poganic tak bisa hadir di Indonesia jika tak ada kebijakan dari Bung Karno.  

“Sebenarnya, saat Indonesia kesengsem kepada Tony, Tony masih berstatus sebagai pelatih Yugoslavia. Dengan berbagai cara, akhirnya Indonesia mendapatkan jawaban dari federasi sepak bola Yugoslavia ketika itu. Mereka menyarankan kepada Indonesia agar lebih dulu melakukan kerja sama antara dua negara. Bung Karno pun setuju hal itu dilakukan,” tulis Bolavaganza edisi Agustus 2017.

“Pada 1953, tim nasional Yugoslavia pun didatangkan ke Indonesia untuk melakukan laga uji coba internasional. Berlangsungnya partai tersebut membuka akses lebih luas untuk mendapatkan Tony. 

Proses mendapatkan Tony akhirnya sampai ke meja dua kepala negara, Bung Karno dan Joseph Tito. Berkat campur tangan mereka, akhirnya Tony berhasil dikontrak untuk menangani timnas,” tulis Bolavaganza melanjutkan.

halaman 3 dari 6

Mohammad Hatta

Sejak belia, Hatta dikenal sebagai sosok yang piawai berorganisasi. Mulai dari kelas kampung hingga dunia internasional.

Tapi, siapa sangka jejak awal Hatta terjun di sebuah organisasi adalah di perkumpulan sepak bola Padang, Swallow. 

Kala itu, Hatta kecil masih duduk di sekolah MULO (setara SMP). “Saban sore, pukul 17.00 aku sudah berada di tanah lapang. Kalau tidak main bertanding sebelas lawan sebelas, kami berlatih menyepak bola dengan tepat ke dalam gawang,” tulis Hatta dalam Bukittinggi-Rotterdam Lewat Betawi. 

Awal masuk Hatta adalah anggota biasa. Namun karena dinilai pandai dalam mengatur manajemen, ia pun masuk dalam kepengurusan.

“Karena aku suka bekerja untuk memajukan perkumpulan, aku biasanya dipilih menjadi bendahara dan kemudian diminta juga merangkap jabatan penulis,” tulisnya melanjutkan. 

Saat berlaga, Hatta dikenal sebagai seorang gelandang atau bek yang tangguh. 

halaman 4 dari 6

Tan Malaka

Sosok Tan Malaka kerap dikaitkan dengan aliran “kiri” dalam jejak sejarah Indonesia. Tapi, ada baiknya juga pembahasan sepak bola muncul saat membicarakan sepak terjangntya.

Tan Malaka sejatinya sejalan dengan latar belakang didirikannya PSSI, yaitu mengangkat derajat Indonesia.

Hobinya dalam mengolah si kulit bundar tak hanya di Tanah Air. Saat menuntut ilmu di Harleem, Belanda, ia tetap bermain sepak bola. Bahkan dirinya sempat bergabung dengan klub profesional Vlugheid. Kala itu, dengan kecepatan dan ketangkasan yang dimilikinya, ia dikenal sebagai striker bagus. 

Dalam buku berjudul Tan Malaka: Bapak Republik yang Dilupakan, Tan digambarkan kerap membantu sesama lewat sepak bola di masa pendudukan Jepang. 

Di tengah penindasan Jepang, Tan menjadi aktor dari digagasnya pembangunan lapangan sepak bola di Bayah. Ia bahkan kerap turun langsung ke lapangan dan bermain sebagai pemain sayap maupun hanya sekadar menjadi wasit di kejuaraan Rangkasbitung. 

Dalam salah satu karyanya, Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika), Tan menganalogikan proses bermain sepak bola sebagai cara menghindari kekacauan. 

“Apabila kita menonton satu pertandingan sepak bola, maka lebih dahulu sekali kita pisahkan si pemain, mana yang masuk klub ini, mana pula yang masuk kumpulan itu. Kalau tidak, bingunglah kita. Kita tidak bisa tahu siapa yang kalah, siapa yangmenang. Mana yang baik permainannya, mana yang tidak.” 

halaman 5 dari 6

Mohammad Husni Thamrin

Batavia atau kini bernama DKI Jakarta adalah salah satu wilayah penting dalam perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka. Putra asli daerah pun tercatat mengambil pernana penting.

Salah satunya adalah Mohammad Husni Thamrin. Ia merupakan politisi yang sangat peduli dengan nasib warga Betawi, termasuk kegiatan warga Betawi dalam lingkup sepak bola. 

“Thamrin pun melirik Voetbalbond Indonesia Jacatra (VIJ) yang di masa ini dikenal dengan nama Persija sebagai alat perjuangan politik. Ia langsung mencurahkan pola pikirnya di VIJ. 

Dirinya bahkan mengajak tokoh-tokoh lain untuk bergabung bersama VIJ, seperti Dr. Kusumah Atmadja, Dr. Moewardi, Dr A. Halim (dokter pribadi Bung Karno), Iskandar Brata (tokoh pemuda Sunda di Batavia), dan Mr. Hadi (anggota Dewan Kota),” tulis Bolavaganza edisi Agustus 2017.

“Dengan dukungan besar yang ia dapat, ia tak ragu mengalokasikan uang 2.000 gulden miliknya untuk merenovasi lapangan di Pulo Piun, Petojo. Walhasil, lapangan itu pun menjadi tempat publik yang ramai akan kegiatan. VIJ pun menempati lapangan Petojo dalam memutar kompetisi internalnya,” tulis Bolavaganza lagi.

Let's block ads! (Why?)



"sepak" - Google Berita
August 16, 2020 at 12:30PM
https://ift.tt/348iaIz

Rekam Jejak Tokoh-Tokoh Kemerdekaan di Sepak Bola - Bolalob
"sepak" - Google Berita
https://ift.tt/2SP8xJg
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Rekam Jejak Tokoh-Tokoh Kemerdekaan di Sepak Bola - Bolalob"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.