TEMPO.CO, Jakarta - PSSI menyambut hajatan besar yaitu Piala Dunia U-20 di Indonesia pada 2021 dengan mengontrak mantan pelatih tim nasional Korea Selatan pada Piala Dunia 2018, Shin Tae-yong. Peresmian penandatanganan kontraknya sebagai pelatih kepala timnas PSSI selama empat tahun, diumumkan pada 28 Desember 2019.
Tapi, pada hari ini, Senin 22 Juni 2020, yang ramai adalah soal konflik Shin Tae-yong, dengan pengurus PSSI. Situs resmi PSSI sendiri, www.pssi.org, mengungkapkan hal itu melalui penyataan Direktur Teknik PSSI, Indra Sjafri, dengan judul Indra Sjafri: Publik Harus Tahu, Ini Masalah Harga Diri Bangsa.
Apapun persoalannya dan apapun sisi kontroversial dari sosok Shin Tae-yong jika benar begitu, sebuah pertanyaan sederhana: apa yang terjadi ketika PSSI dengan mantap memutuskan Shin Tae-yong sebagai pelatih kepala timnnas PSSI akhir tahun lalu dan tidak memilih pelatih mereka sebelumnya pada Asian Games 2018, Luis Milla?
Shin Tae-yong belum menunjukkan hasil. Ia bersama timnya baru melatih di awal ketika masa pandemi virus corona datang dan akhirnya ia memutuskan untuk sementara kembali ke negaranya. Sebuah wawancara media di sana dengannya menyinggung soal kinerja Indra Sjafri semasa masih menjadi anggota tim kepelatihan Shin Tae-yong di Timnas PSSI dan meledaklah sumbu pertikaian itu.
Shin Tae-yong juga dikabarkan berkeras meminta pelatnas Timnas PSSI di luar negeri, Korea Selatan, pada masa pandemi. Ia belum kunjung bersedia balik ke Indonesia.
Shin Tae-yong indisipliner? Pertanyaan itu pun mengingatkan kepada masa bulan madu ketika dengan semarak upacara perekrutan Shin sebagai pelatih timnas PSSI diadakan tahun lalu. Pertanyaan sederhana lagi: bukankah dulu tes dan penyelidikan kapasitas Shin Tae-yong sudah dilakukan secara maksimal sehingga mengalahkan kandidat lainnya?
PSSI, maaf, jalan di tempat. Dulu Luis Milla sudah menghadirkan penampilan tim nasional yang membanggakan di Asian Games 2018. Kemudian, dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Milla dilepas.
Sebelum era Milla, ada sederet pelatih asing kaliber dunia, yang entah kenapa, sulit berkembang ketika bekerja sama dengan PSSI. Dulu ada mendiang Wiel Coerver, pelatih legendaris Belanda, yang nyaris meloloskan tim Indonesia ke Olimpiade 1976 di Montreal.
Dalam persiapannya, Wiel Coerver bersikap blak-blakan dan sering membuat kuping para petinggi PSSI saat itu yang dipimpin Bardosono menjadi merah? Coerver sering dipanggil pengurus PSSI untuk dimarahi, tapi ia tidak sampai dipecat di tengah jalan.
Setelah era Coerver, kinerja PSSI dalam bermitra dengan pelatih asing yang berkaliber bisa disebut naik-turun dan cenderung tak membuat terobosan baru.
Padahal ada hajatan besan di depan mata: Piala Dunia U-20 di Indonesia 2021.
Ini mengingatkan pada Korea Selatan ketika menyambut Piala Dunia Senior 2002 yang berlangsung di tempat mereka dan Jepang.
Badan Sepak Bola Korea Selatan kemudian memutuskan merekrut pelatih legendaris dari Belanda, Guus Hiddink.
Didukung penuh PSSI-nya Korea Selatan, Guus Hiddink merevolusi permainan timnnas Negeri Ginseng ini dan membawanya ke tempat terhormat, terlebih untuk ukuran Asia, yaitu peringkat kempat Piala Dunia 2002. Tak ada konflik sekecil apapun yang bocor ke permukaan seperti pada soal Shin Tae-yong, selain berita-berita bagaimana Guus Hiddink membikin sejumlah gebrakan di lapangan terhadap para pemain binaannya di Korea Selatan.
"sepak" - Google Berita
June 22, 2020 at 11:15AM
https://ift.tt/3hOC1B4
Shin Tae-yong, Guus Hiddink, Korea Selatan, dan Sepak Bola Kita - Bola Tempo.co
"sepak" - Google Berita
https://ift.tt/2SP8xJg
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Shin Tae-yong, Guus Hiddink, Korea Selatan, dan Sepak Bola Kita - Bola Tempo.co"
Posting Komentar