KOMPAS.com - Perancis teriris, Argentina merana, Jerman sedu sedan, hingga Spanyol gagal bobol. Penggunaan rima pada kalimat pertama memang terlihat memaksa. Tapi, begitulah kenyataannya.
Perancis kalah 1-4 dari Meksiko, Argentina kandas di hadapan Australia dengan skor 0-2, Jerman takluk dari Brasil 2-4, dan Spanyol ditahan imbang Mesir 0-0.
Kekalahan maupun gagal menang empat negara tersebut tentu terasa pahit untuk mereka. Namun, itu semua menjadi kejutan bagi para pencinta sepak bola dunia.
Label-label mewah yang mereka miliki hingga pemain-pemain muda yang sudah memiliki nama, tak bisa membawa tim menuju kejayaan, setidaknya pada matchday pertama.
Baca juga: Medali Pertama Indonesia dalam Geliat Adu Rekor Baru Olimpiade
Perancis teriris setelah kalah 1-4 dari Meksiko. Label juara Piala Dunia 2018 sedikit terusak kendati pemain dan pelatihnya 100 persen jauh berbeda.
Benar, perlu digaris bawahi bahwa skuad Perancis untuk Olimpiade Tokyo 2020 tak ada hubungannya dengan masa emas Piala Dunia 2018.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Hampir mirip dengan Argentina yang punya sejarah manis medali emas pada tahun 2004 dan 2008.
Ditambah lagi Argentina baru saja mengemas trofi Copa America, tentu hal tersebut seharusnya bisa menjadi cambuk untuk para junior-juniornya di Olimpiade Tokyo 2020.
Baca juga: Daftar 32 Medali Indonesia pada Ajang Olimpiade
Dua kondisi di atas berbeda dengan yang dialami oleh Spanyol. Jika melirik kedalaman skuad La Rojita, julukan skuad U-23 Spanyol, medali emas tentu bisa diraih.
Sebanyak enam pemain yang sempat dipanggil untuk skuad senior pada Euro 2020, turut dibawa oleh pelatih De la Fuente ke Jepang.
Mereka yakni Pedri, Eric Garcia, Pau Torres, Mikel Oyarzabal, Unai Simon, dan Dani Olmo.
Selain enam pemain tersebut, De la Fuente juga turut memanggil nama-nama top seperti Dani Ceballos, Mikel Merino, Marco Asensio, dan juga Oscar Mingueza.
Namun sepak bola nyatanya bukan sekadar adu data maupun statistik. Spanyol gagal menjebol gawang Mesir dan laga pertama berakhir dengan skor imbang 0-0.
Baca juga: Skuad Spanyol untuk Olimpiade Tokyo 2020
Kekuatan dan label negara sepak bola besar dengan lawannya begitu samar di kancah Olimpiade.
Tak heran jika bakal ada banyak kejutan nantinya pada Olimpiade Tokyo 2020 cabor sepak bola.
Lalu, apa penyebabnya? Tentu banyak hal yang melatar belakangi beberapa kejutan di cabor sepak bola.
Regulasi Pemain U-23
Salah satu yang pasti adalah aturan yang mewajibkan pemain di bawah usia 23 tahun.
Sekitar 80 persen pemain yang dibawa tiap negaranya harus berisikan pemain di bawah 23 tahun.
Aturan pemain U-23 di Olimpiade sudah ditanamkan sejak berlangsungnya Olimpiade 1992 di Barcelona.
Hanya saja, tiap negara boleh membawa tiga pemain yang berusia di atas 23 tahun atau dikenal dengan istilah overaged player.
Regulari overaged player baru dilakukan pada edisi Olimpiade Atlanta 1996.
"sepak" - Google Berita
July 24, 2021 at 05:20PM
https://ift.tt/2V7gPiW
Sepak Bola dan Olimpiade Tokyo 2020 dengan Segala Kejutannya - Kompas.com - KOMPAS.com
"sepak" - Google Berita
https://ift.tt/2SP8xJg
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sepak Bola dan Olimpiade Tokyo 2020 dengan Segala Kejutannya - Kompas.com - KOMPAS.com"
Posting Komentar